Selasa, 29 Juni 2010

Setahun 1,1 Juta Hektare Hutan di Indonesia Rusak

BALIKPAPAN - Setiap tahunnya hutan di Indonesia mengalami kerusakan seluas 1,1 juta hektare. Sementara kemampuan untuk mengembalikan lahan rusak dengan menanam pohon hanya sebesar 0,5 juta hektare.
“Kerusakan hutan dan perubahan fungsi lahan, menyumbang kontribusi yang besar dalam produksi emisi karbon sebesar 14 persen,” ungkap Menteri Lingkungan hidup Gusti Muhammad Hatta di Balikpapan saat penutupan Rakor Lingkungan Hidup regional Kaltim 2010 di Balikpapan, Jumat (26/3/2010).

Karena itu, mulai 2010 hingga 2023 Indonesia, kata Gusti, akan menurunkan emisi gas karbon sebesar 26 persen. Langkah pengurangan gas karbon itu salah satunya dengan pencanangan penanaman pohon 1 miliar dilahan-lahan kritis.

Saat ini, menurut Gusti, Kementerian Kehutanan bersama kepolisian dan kejaksaan tengah melakukan inventarisasi lahan kehutanan terutama pemanfaatan lahan-lahan yang tidak sesuai aturan.

Di Kementerian Lingkungan Hidup untuk kasus pertambangan, Gusti M Hatta menegaskan, pengusaha wajib melakukan reklamasi pascapenambangan. Jika tidak, akan diajukan ke meja hijau baik perdata maupun pidana.

“Di Kalimtan Selatan ada tujuh pertambangan yang kita gugat secara perdata. Hasilnya, mereka diwajibkan oleh pengadilan untuk melakukan reklamasi. Itu biayanya besar sekali. Nah cara ini saya tempuh sebagai pembinaan dulu kepada mereka yang nakal. Jika tidak mau maka ujungnya kita bawa ke Pidana,” terang menteri asal Kalsel ini.

Pihaknya juga mengapresiasi langkah Provinsi Kaltim yng memiliki lahan hutan terbesar dengan melakukan upaya penanaman 1 juta pohon selama tiga bulan. Apalagi ada kebijakan satu orang menanam lima pohon.

Jenis pohon yang dinilai baik untuk mengurangi efek emisi karbon adalah tanaman trumbusi yang dapat menyerap sebanyak 28 ton emisi gas karbon.

Sumber: http://news.okezone.com

Sebanyak 70 Persen Hutan Mangrove di Indonesia Rusak

Kerusakan hutan mangrove di Indonesia mencapai 70% dari total potensi mangrove yang ada seluas 9,36 juta hektare. Yaitu 48% atau seluas 4,51 juta hektare rusak sedang dan 23% atau 2,15 juta hektare dalam kondisi rusak berat.

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad dalam keterangannya ketika membuka Jambore Mangrove di Pantai Depok, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (19/3), mengatakan kerusakan sebagian besar hutan mangrove di Indonesia di8akibatkan oleh ulah manusia, baik berupa konversi mangrove menjadi pemanfaatan lain seperti pemukiman, industeri, rekreasi dan lain
sebagainya.

Berdasarkan data yang ada, demikian Fadel, dari potensi sumberdaya mangrove seluas 9,36 juta hgektare tersebut, 3,7 juta hektare berada di kawasan hutan, sedangkan 5,66 juta hektare di luar kawasan hutan, oleh karenanya untuk mengembalikan hutan mangrove tersebut Kementerian Kelautan dan Pewrikanan terus menggalakkan penanaman kembali hutan mangrove yang telah rusak.

"Kita sejak tahun 2003 hingga 2009 telah melakukan penanaman mangrove untuk rehabilitasi dan mitigasi wilayah Mangrove sebanyak 1,4 juta batang pohon, yaitu 1,15 juta batang untuk rehabilitasi kawasan pesisir dan 263,5 ribu batang untuk mitrigasi wilayah pesisir sehingga secara keseluruhan wilayah pesisir telah direhabilitasi seluas 280,1 hektare.," kata Fadel Muhammad.

Lebih jauh Fadel mengatakan keberadaan ekosistem mangrove sangat penting, selain berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut juga mempunyai andil dalam perubahan iklim melalui penyerapan emisi CO2, oleh karenanya meskipun Jambore ini telah selesai namun keterlibatan masyarakat untuk merawat sangat penting, bahkan pihak swasta juga didorong untuk terlibat dalam program ini.

Secara umum, menurut Fadel, keberadaan hutan mangrove sangat penting, selain sebagai penyerapan polutan, juga melindungi pantai dari abrasi, meredam ombak, arus serta menahan sedimen, disamping itu juga mangrove dapat meredam air lautr pasang yang mengakibatkan Rob serta tempat berkembangbiaknya biota laut.

Dalam kesempatan kunjungan ke Pekalongan, Menteri Kelautanh dan Perikanan Fadel Muhammad juga menyerahkan 196 unit rumah ramah bencana kepada warga Jawa Tengah yaitu 50 unit di Kota Pekalongan, 25 unit di kabupaten Pekalongan, 41 unit di kabupaten Cilacap, 50 unit di kabupaten Brebes dan 30 Unit di Kabupaten Rembang.


Sumber: http://www.metrotvnews.com

Indonesia (Pantas) Masuk Dalam Guinness Book of World Record

Kalau tahun 2030, kita berikhtiar untuk menjadi negeri 5 besar dunia dalam pertumbuhan ekonomi, maka tahun 2006 lalu peringkat kita sudah nomer 4 dunia lho. Tetapi dalam urutan negeri- negeri yang menyebabkan pemanasan global dunia.

Peringkat pertama tetap diduduki Amerika Serikat, lalu diikuti Uni Eropa dan peringkat ketiga adalah China. Indonesia peringkat keempat, berturut-turut diikuti Brasil, Rusia dan India. Uni Eropa adalah terdiri 25 negara. Kalau dihitung setiap negara, maka peringkat Indonesia akan naik menjadi tiga, di bawah AS dan China.

Hal ini diungkapkan oleh Sir Nicholas Stern, Kepala Ekonomi dan Penasihat Pemerintah Inggris untuk Urusan Efek Ekonomi Perubahan Iklim dan Pembangunan, yang baru-baru ini berkunjung ke Jakarta (dikutip dari Sindo). Menurut data Sir Nicholas ini, dalam setahun Indonesia menghasilkan 3,014 juta ton karbondioksida atau setara dengan MtCO2e (emisi GHG - greenhouse gas).

Tadinya aku cukup heran, karena biasanya negara-negara majulah yang paling suka menyumbangkan soal pemanasan global, kenapa Indonesia negera berkembang sudah masuk peringkat 4?

Pemahamanku sebelum ini, efek rumah kaca ini lebih karena pemakaian kendaraan bermotor, gaya hidup boros dalam penggunaan perangkat elektronik, contohnya lemari es yang mengandung CFC. Maka tak heran bila negara-negara majulah penyumbang terbesar, karena justru gaya hidup modern yang meningkatkan pemanasan global.

Lalu kenapa Indonesia? Apakah gaya hidup masyarakat kita sudah sedemikian maju? Ternyata tidak. Menurut Sir Nicholas, dari 3,014 juta ton CO2 tadi, sekitar 2,563 juta ton CO2 disumbangkan dari perusakan hutan dan konversi lahan. Maksudnya? Itu lho akibat pembakaran hutan, pembukaan hutan menjadi lahan pemukiman atau pertanian, dll.

Data tersebut jumbuh dengan data yang dirilis oleh Greenpeace Indonesia, yakni setiap harinya di Indonesia telah terjadi penghancuran hutan sebesar 51 kilometer persegi atau setara dengan hilangnya 300 lapangan bola / jam. Angka ini menurut Greenpeace layak menempatkan Indonesia di dalam the Guinness Book of World Records sebagai negara penghancur hutan tercepat di dunia.

Angka tersebut diperoleh dari kalkulasi berdasarkan data laporan ‘State of the World's Forests 2007' yang dikeluarkan the UN Food & Agriculture Organization's (FAO). Menurut laporan tersebut sepuluh negara membentuk 80 persen hutan primer dunia, di mana Indonesia, Meksiko, Papua Nugini dan Brasil mengalami kerusakan hutan terparah sepanjang kurun waktu 2000 hingga 2005. "Tingkat penghancuran hutan yang luar biasa ini membuat Indonesia layak untuk masuk ke dalam the Guinness book of World Records bergabung dengan Brasil yang saat ini memegang rekor kawasan deforestasi terluas di dunia," ungkap Hapsoro, Juru Kampanye Hutan Regional, Greenpeace Asia Tenggara.

Buah dari prestasi di atas adalah perubahan iklim yang sudah bisa kita rasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Para petani kita sudah tidak bisa lagi memprediksi cuaca dan iklim. Musim kemarau terlalu panjang, musim hujan begitu lebatnya. Buat yang di kota seperti Jakarta, sudah mengunyah akibatnya seperti banjir, angin puting beliung.

Lalu bagaimana cara mencegahnya? Alam ini sudah terlanjur rusak, maka perlu langkah - langkah cepat dan revolusioner untuk menghentikan kerusakan lebih lanjut.

Greenpeace Indonesia mengusulkan moratorium atau penghentian penebangan hutan di Indonesia sampai beberapa tahun ke depan, seperti yang diungkapkan lewat aksi kampanye mereka di Tugu Proklamasi pada tanggal 16 Maret 2007 lalu.

Tentu ini langkah revolusioner, dan perlu dicarikan jalan keluar bagi industri-industri kehutanan maupun perkayuan yang pasti akan mati, bila moratorium ini dilaksanakan. Tetapi bila moratorium ini tidak segera dilaksanakan, maka di hari esok kita akan menyongsong bencana dan korban jiwa yang lebih besar.

DPD AHTRMI - Siap Kembalikan Hutan Sambas

SAMBAS— Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Hutan Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia ( AHTRMI ) Kabupaten Sambas, menyatakan siap menghijaukan kembali kawasan hutan di Kabupaten Sambas. Serta mendukung program pemerintah dalam menggalakkan penanaman hutan kembali. “Untuk mengembalikan Indonesia sebagai paru-paru dunia,” ungkap Sekjen AHTRMI Kabupaten Sambas Erwin Johan, kemarin. Menurut dia program AHTRMI akan bersinergi dengan penggalakan program hutan tanaman rakyat dalam skala besar di tahun 2010. Dalam menghijaukan kembali hutan di seluruh provinsi Indonesia. ”Sambas salah satunya,” ujarnya. Dengan mengembangan hutan rakyat serta berupaya mengembalikan kelestarian hutan yang telah rusak

”Kami siap menjalin kerja sama dengan Pemerintah untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat dengan program hutan rakyat sekaligus meningkatkan tutupan lahan di Sambas agar kondisi lingkungan menjadi semakin baik. Hutan rakyat memiliki arti strategis karena berpotensi besar dalam memenuhi kebutuhan bahan baku kayu. Baik untuk industri pengolahan kayu nasional maupun lokal,” katanya. Menurut dia, AHTRMI juga memiliki nilai ekonomi menjanjikan. Dan mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Selain sebagai upaya memperbaiki kondisi lingkungan kritis. Akibat kerusakan hutan.

Dia menambahkan koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah Kabupaten Sambas dalam mengembangkan hutan tanaman rakyat akan AHTRMI jalin. Serta melibatkan rakyat secara langsung dalam mengembangkan hutan tanaman rakyat. ”AHTRMI akan memfasilitasi masyarakat pemilik tanah untuk mendapatkan bantuan pusat dalam membangun hutan tanaman rakyat sekaligus bantuan bibit pohon. Syaratnya surat tanah mesti lengkap dan memiliki rekomendasi Bupati serta tidak berada di atas tanah perijinan," ungkap Erwin.

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Kepemudaan AHTRMI, Amirudin mengatakan kini hutan di Kabupaten Sambas hanya menyisakan 30 persen. Karena dampak dari pembabatan hutan yang tidak terarah termasuk mangrove serta reboisasi yang asal-asalan."Berangkat dari rasa keprihatinan kami ingin mengembalikan nasib hutan kabupaten Sambas agar kembali lestari. Hutan kekayaan yang multi fungsi. Sebagai penjaga banjir juga tempat aneka satwa berada. Dan hutan itu titipan anak cucu yang mesti dijaga,” kata Amir.


Sumber: http://www.pontianakpost.com
 

Sahabat Ngopi

Wong Indehoi

Two Bhe

Serdadu Hijau Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template